5 Film Indonesia yang Menggambarkan Zaman Orde Baru
- calendar_month Ming, 6 Apr 2025
- visibility 3
- comment 0 komentar

Film adalah bahasa visual yang kaya akan eksploitasi imajinasi, memungkinkan pemirsa untuk merasakan suasana ceritanya dengan cara yang sangat personal dan mendalam.
Banyak film menampilkan setting waktu spesifik bersama narasi yang khas.
Pembuatan gambaran yang kuat tentang hubungan antara karakter dan setting dalam sebuah film memungkinkan para pemirsa untuk menangkap suasana zaman ketika karakter-karakter tersebut berada di dalamnya.
Sebagai negara bersejarah, Indonesia menghadapi era signifikan untuk sebagian besar masyarakatnya, yakni periode Orde Baru.
Seiring berjalannya waktu dan kemajuan Generasi, kisah-kisah dari era tersebut tetap terjaga hingga sejumlah film diciptakan yang mengambil setting pada masa Orde Baru.
Berikut adalah sejumlah film yang dapat membantu Anda memahami suasana masa Orde Baru jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentangnya:
1. Masa Orde Baru.
2. Film-film berikut ini layak disimak.
1. Aum
“Aum!” merupakan sebuah film dramatis petualangan asal Indonesia yang dirilis pada tahun 2021 dan dikarahkan oleh Bambang “Ipoenk” Kuntara Mukti.
Film ini berlatar pada Peristiwa Reformasi tahun 1998 dan diperankan oleh Jefri Nichol, Chicco Jerikho, Aksara Dena, serta Agnes Natasya Tjie.
Movie ini mengisahkan duaaktivis, yaitu Satriya dan Adam, yang bergabung dengan teman-teman penggerak sosial lainnya dalam upaya mendobrak ketidakadilan bagi kelompok masyarakat yang diabaikan serta ditekan oleh rezim pada masa menuju perubahan besar tahun 1998.
Kisah fiktif ini disajikan dalam latar periode Reformasi 1998, menampilkan sejarah serta situasi politik yang sedang berlangsung di Indonesia saat itu.
Proses penggambaran berlangsung di Yogyakarta saat pandeminya COVID-19 dan mematuhi aturan kesehatan lokal terkait COVID-19.
Gambaran Satriya dan Surya Jatitama yang diciptakan oleh Nichol mengambil inspirasi dari Budiman Sudjatmiko, seorang tokohaktivis dalam Gerakan Reformasi.
Film “Aum!” secara resmi diperkenalkan melalui rilisan aplikasi mobile milik jaringan penyedia konten Video On Demand Bioskop Online, yang disebut-sebut sebagai proyek orisinil mereka, pada 1 April 2021. Film ini kemudian diluncurkan untuk umum pada 30 September 2021 sebelum akhirnya tersedia bagi penonton di platform streaming Netflix mulai 11 Mei 2023.
Pada hari perilisan, film bersama dengan tagar “#MengAumHariIni” naik sebagai trending topic di Twitter dan juga memperoleh sejumlah nominasi dalam ajang Piala Maya tahun 2022.
2. Istirahatlah Kata-Kata
Film “Istirahatlah Kata-Kata” merupakan sebuah karya perfilman berjenis drama biografi dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2016 dan dikendalikan arahan sutradara Yosep Anggi Noen.
Movie ini menceritakan kisah perjalanan lari penyair sertaaktivis Wiji Thukul yang hilang pada tahun 1998.
Movie ini mengisahkan tentang periode lari tersembunyi Wiji Thukul pasca kejadian pemberontakan 27 Juli 1996.
Wiji Thukul dikemaskan sebagai orang yang dicari dan harus menyembunyikan diri dari pihak berwajib.
Film ini menceritakan kehidupan Wiji Thukul saat dalam persembunyian dan pengaruhnya pada keluarganya, khususnya istrinya yang bernama Sipon.
Film ini sukses dalam menyajikan narasi yang khas dan telah meraih berbagai penghargaan, salah satunya adalah Pengarah Film Terbaik di ajang Usmar Ismail Awards tahun 2017.
Film ini mengeksplorasi topik seputar ekspresi bebas, pertempuran lawan ketidakefektifan sistem, dan pengaruh politik terhadap kehidupan individu sambil menceritakan rasa takut serta kesendirian yang dijalani oleh pejuang hak asih dan keluarga mereka selama era Orde Baru.
Film ini bukan hanya menggambarkan Wiji Thukul sebagai seorang pahlawam, melainkan juga sebagai seseorang biasa yang memiliki ketakutan serta kelemahannya.
Istri Wiji Thukul yang perlu menanggung beratnya kehidupan tanpa sang suami pun tampil dalam film tersebut.
3. Sang Penari
Film “Sang Penari” merupakan sebuah produksi dramatis Indonesia pada tahun 2011 yang dikendalikan arahnya oleh Ifa Isfansyah. Cerita dalam film ini berdasarkan pada tiga buku serial Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad Tohari.
Film ini menceritakan kisah cinta yang pahit antara Rasus, sang pemuda pedesaan, dengan Srintil, gadis penghibur bernama ronggeng dari desanya yang masih terbilang baru, yakni Desa Dukuh Paruk.
Setting ceritanya terjadi di Indonesia pada dekade 1960-an yang ditandai oleh ketidakstabilan politik.
Film ini pun mencerminkan kondisi hidup penduduk pedesaan yang dilanda kemiskinan, kelaparan, serta ketidaktahuan.
Film “Sang Penari” menerima berbagai macam penghargaan pada ajang Festival Film Indonesia tahun 2011, antara lain adalah Penghargaan untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktris Utama Terbaik yang diraih Prisia Nasution, serta Aktris Pembantu Terbaik didapatkan oleh Dewi Irawan.
Movie ini mengeksplorasi topik percintaan, kebiasaan budaya, dan dinamika politik di zamannya. Selain itu, film tersebut juga membahas tentang tata cara adat istiadat serta kondisi politik saat itu.
Movie ini menghadirkan kebudayaan ronggeng yang menjadi elemen signifikan dalam warisan Jawa serta memperlihatkan penggunaan Bahasa Banyumasan, yaitu sebuah dialek lokal di setting tempat terjadinya cerita film tersebut.
4. Gie
Film “Gie” merupakan sebuah film biografi asli dari Indonesia yang diluncurkan pada tahun dua ribu lima.
Film ini disutradarai oleh Riri Riza dan berdasarkan jurnal pribadi Soe Hok Gie, seorangaktivis pelajar serta penulis ternama di Indonesia pada dekade 1960.
Film “Gie” disesuaikan dari buku “Catatan Seorang Demonstran” karangan Soe Hok Gie.
Movie ini menceritakan kehidupan Soe Hok Gie, seorang pelajar dari Universitas Indonesia yang memiliki pemikiran tajam serta prinsip tinggi.
Kisahnya menunjukkan perlawanan Gie terhadap ketidakadilan dan korupsi selama era Orde Lama dan Orde Baru.
Film ini pun menggambarkan kehidupan personal Gie, mencakup persahabatannya, asmawarnya, serta kesukaannya terhadap alam.
Film “Gie” mendapat berbagai pengakuan besar di ajang Festival Film Indonesia tahun 2005, dengan piala untuk Kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, serta Aktor Terbaik yang diraih oleh Nicholas Saputra.
Movie ini mengeksplorasi topik seputar idealisma, kesetaraan, suap-menyuap, dan pertempuran para pelajar sambil melukiskan kondisi politik dan sosial di zamannya.
5. Surat Dari Praha
Film “Surat Dari Praha” merupakan sebuah karya sinematografi bertema drama dan romantisme dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2016. Film ini dipersembahkan kepada penonton melalui keahlian sutradara Angga Dwimas Sasongko.
Film ini mengadaptasi cerita sejati tentang para pengungsi Indonesia yang tak dapat pulang usai insiden Gerakan 30 September 1965.
Film ini bercerita tentang Larasati (dimainkan oleh Julie Estelle), seorang perempuan muda yang harus menuruti kemauan sang ibu, Sulastri (digambarkannya oleh Widyawati), yaitu mengirim sebuah kotak serta sepucuk surat ke tangan Jaya (perannya diberikan pada Tio Pakusadewo) di kota Praha.
Jaya merupakan calon suami sebelumnya dari ibu yang tidak dapat kembali ke Indonesia karena kondisi politik saat itu.
Pengalaman Larasati saat pergi ke Praha memperkenalkannya dengan sejarah asmara sang ibu bersama Jaya, sambil mencari tahu misteri yang telah disembunyikan selama bertahun-tahun lamanya.
Movie ini membahas topik seputar kasih sayang, kesedihan akibat kehilangan, pengorbanan, serta efek dari urusan politik pada hidup individu. Film tersebut juga mencerminkan rasa kangen terhadap tanah air dan pertempuran yang dilalui oleh para eksil Indonesia di luar negerinya.
“Surat Dari Praha” pernah lolos ke tahap seleksi Academy Awards ke-89 dalam kategori Best Foreign Language Film yang diwakilkan oleh Indonesia.
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar