6 Nasihat yang Selalu Dikatakan Ortu, Namun Mereka Tak Pernah Melakukannya Sendiri
- calendar_month Ming, 20 Apr 2025
- visibility 49
- comment 0 komentar

– Lapisan senior memiliki kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam kiat tentang kehidupan, pengetahuan, serta pembelajaran yang seolah berasal dari sumber dengan segudang pengalaman.
Sungguh, kita sering kali menganggukkan kepala hormat saat mendengarkan, sebab memang mereka telah menemui begitu banyak pengalaman hidup yang melebihi apa yang pernah kita alami.
Namun, ada sebuah kebenaran yang tanpa disadari kita ketahui: kadang-kadang, orangtua pun merasakan kesulitan dalam menerapkan hal-hal yang sudah pernah mereka sampaikan.
Berikut ini adalah keenam nasihat hidup klasik yang umumnya disampaikan oleh orangtua, namun sayangnya sering diabaikan, sebagaimana dikutip dari Gen팅 edisi Jumat (18/4).
1. Tanggung Jawab Finansial
Satu nasihat kehidupan yang kerap kali didengarkan dari para orangtua adalah: “Berpikirlah sejauh daya pikirmu.”
Maaf untuk kesalahan dalam perubahan tersebut. Berikut coba saya koreksi dan berikan versi paragraf dengan makna sama namun kata-kata yang lebih mendekati aslinya:
“Sebuah nasehat hidup yang sangat umum diterima dari kalangan senior atau orang tua yaitu: ‘Jadilah dirimu sendiri sesuai batas kemampuanmu’.”
Tetapi jika dikehendaki tetap menjaga frasa semula maka akan menjadi:
Salah satu saran hidup yang banyak kita dapatkan dari generasi senior ialah: “Lakukan apa yang bisa dilakukan oleh kemampuanmu.”
Mereka membahas tentang menyimpan uang, tidak merogoh kocek dalam-dalam, serta berfikir ulang ketika ingin membeli barang tak esensial. Namun jika diperhatikan, mereka pun dapat tergiur dengan penawaran promosi skala besar maupun potongan harga saat berbelanja secara daring.
Uniknya, mereka memiliki kumpulan item yang jujur saja jarang digunakan. Perangkat elektronik, pakaian, atau perlengkapan rumah yang dibeli ketika sedang dalam suasana hati yang mendadak. Psikologinya lumayan menarik—meski orang-orang yang sering memberikan saran tentang gaya hidup masih adalah makhluk manusia dan bisa mengambil keputusan berdasarkan dorongan instingtif.
2. Membatasi Waktu Layar
“Mereka berkata jangan melihat layar terlalu banyak, karena bisa berdampak buruk pada mata dan pikiran Anda.” Namun, siapa di antara kita yang nonton YouTube atau tayangan TV kesukaan sampai larut malam? Dan siapa pula yang tak henti-hentinya menggulirkan laman Facebook serta obrolan dalam grup keluarga?
Inilah saran yang kerap kita dengar namun jarang dijalankan. Orang-orang dari generasi lebih senior, yang pada mulanya asing dengan dunia teknologi, saat ini malahan sangat mengandalkannya untuk hiburan serta interaksi sosial.
Walaupun mereka mungkin tak mainkan TikTok sepeti generasi muda, tetapi tingkat penggunaan perangkat elektronik? Mungkin saja setara.
3. Merangkul Perubahan
Mereka mengatakan bahwa kita seharusnya bisa menyesuaikan diri dengan mudah dan bersikap terbuka untuk mencoba sesuatu yang baru. Namun, coba amati cara para orangtua bereaksi ketika berhadapan dengan aplikasi perbankan online ataupun fitur-fitur terbaru pada ponsel pintar mereka. Mereka biasanya berkomentar ‘terlalu rumit’ atau ‘yang lama saja sudah lebih dari cukup’.
Inilah tempat di mana perbedaan antara konsep dan realitas menjadi sangat nyata. Meskipun menerima perubahan itu sederhana untuk dikatakan, namun melaksanakannya bisa menjadi tantangan—terlebih lagi bagi orang-orang yang telah menghabiskan beberapa dekade hidupnya dalam pola serupa. Secara psikologis hal ini masuk akal, sebab manusia pada umumnya berusaha menemukan keamanan dalam keteraturan harian mereka.
4. Menjaga Kesehatan
Seringkali kita dengar nasihat seperti ini: “Olahraga sangat penting, konsumsi makanan bergizi, serta hindari tidur terlalu larat di malam hari.” Namun, ada orang-orang yang tetap meminum tiga cangkir kopi setiap harinya dan lebih senang menghabiskan waktu dengan hanya duduk seharian untuk menonton televisi. Sekali lagi, saran tersebut tak banyak dilaksanakannya.
Paradoksnya, golongan yang biasanya menasihati kami tentang pentingnya menjaga diet cenderung menjadi kelompok yang paling sulit diajak untuk mengurangi konsumsi gula atau garam. Ironinya lagi, hal ini tetap terjadi meski para dokter telah memberikan peringatan.
Psikologi dibelakangnya mungkin berhubungan dengan kebiasaan jangka panjang yang susah untuk dimodifikasi, terutama jika hal tersebut telah menjadi sumber kenyamanan bagi mereka.
5. Berpikiran Terbuka
Mari tidak bersikap terburu-buru dalam menghakimi. Usahakan untuk melihat hal tersebut dari perspektif orang lain,” demikian katanya. Namun ketika sampai pada musik kontemporer, mode pakaian generasi muda, atau perkara-perkara yang sedang hangat dibicarakan saat ini, secara instan semuanya dikritisi dan dinilai sebagai sesuatu yang asing atau “memang zaman now-nya unik.
Seringkali kita menemui ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan. Orangtua kadang bersikap kaku dengan aspek-aspek yang tak mereka mengerti. Meskipun mereka mendukung kami untuk memeluk keragaman, mereka sendiri sering merasa sulit saat harus menjalankannya.
Namun, hal itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan mereka. Ilmu psikologi menjelaskan bahwa seiring bertambahnya umur, orang cenderung lebih kukuh pada keyakinan dan nilai-nilainya. Perubahan dapat dirasakan sebagai ancaman, meskipun mereka sendiri telah mendukung penerimaannya.
6. Jalani Hidup pada Zaman Kini
“Jadilah di saat ini, hindari terlalu fokus pada masa lalu atau merisaukan tentang apa yang akan datang.” Kalimat sederhana ini seringkali didengar dari para orang tua kita. Namun dalam kehidupan nyata, mereka malah senang mengenang masa lalu serta mencemaskan berbagai situasi yang mungkin tidak akan pernah terwujud.
Mereka dapat berkisah dengan detail tentang kehidupan remaja mereka, biaya makanan di era lampau, ataupun betapa mudahnya menjalani hidup dahulu kala. Meskipun ceritanya menghibur dan menarik untuk disimak, tentu saja hal tersebut sangat bertolak belakang dengan petunjuk hidup yang seringkali mereka sampaikan.
Psikologi dari perasaan nostalgia sebenarnya memberikan kenyamanan, tetapi juga menyadarkan kita bahwa meski orang-orang mendorong kita untuk maju dan melupakan hal-hal lampau, mereka sendiri sering kali masih terperosok ke dalam kenangan tersebut. Ketika berurusan dengan masa depan, keraguan akan apa yang ada di hadapan malah membuat mereka merasa cemas tanpa disadari.
Di penghujung hari, hal itu tidak berfokus pada pencarian kambing hitam. Setiap individu, bahkan para orangtua, memiliki aspek-aspek yang saling bertentangan. Nasihat kehidupan yang mereka bagikan berasal dari perhatian mereka serta harapan untuk yang terbaik bagi kita semua.
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar