Mengungkapkan Misteri: Mengapa Kucing Tidak Memasuki Surga dan Penjelasannya Lengkap
- calendar_month Sen, 31 Mar 2025
- visibility 55
- comment 0 komentar

Dalam agama Islam, kucing merupakan hewan yang amat dikasihi oleh Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, berbeda dengan manusia, pada hari pembalasan, kucing termasuk dalam sebagian binatang yang tak akan memasuki surga. Mengapa demikian?
Tidak seperti manusia yang akan dimintai pertanggungan jawab atas perbuatan baik dan buruk mereka di akhirat, hewan tidak mempunyai tanggung jawab moral atau pun kewajiban keagamaan. Surga dan neraka diciptakan untuk makhluk yang telah dianugerahi akal serta mengemban beban syariat, yaitu manusia dan juga jin.
Menurut sebuah riwayat dari Abu Hurairah RA, pada hari kiamat, Tuhan berencana untuk memuliakan tiap-tiap ciptaan-Nya, bahkan mencakup hewan-hewannya. Kemudian, seluruh binatang tersebut akan diubah menjadi tanah dan tak ada yang menuju surgawi ataupun neraka.
Hadis tersebut menyatakan bahwa hewan tidak menerima balas budi sebagaimana manusia lakukan, yang menjadi alasannya mengapa kucing tidak termasuk dalam surga menurut agama Islam.
Aturan Merawat Kucing dalam Agama Islam
Merawat binatang, seperti kucing, diizinkan dan bahkan direkomendasikan dalam agama Islam, selama hewan-hewannya ditangani dengan penuh kelembutan dan peduli. Apakah ada hal lain yang bisa saya bantu terkait topik ini?
dalil memelihara kucing
Apa yang menguraikan tentang hukum merawat kucing menurut agama Islam?
Berikut ini penjelasan lengkapnya.
1. Perlakukan dengan Penuh Kasih Sayang
Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra (Beirut, Dar Kutub Al-Ilmiyah, 1971, Juz 4, Halaman 240) sebagai dalil memelihara kucing menyebutkan bahwa memelihara kucing dengan penuh penghormatan dan kasih sayang merupakan perbuatan yang disunnahkan.
Jika seseorang berniat untuk merawat kucing, ia harus memperlakukannya dengan sebaik-baiknya. Hal ini mencakup memberikan makanan dan minuman yang cukup dan bergizi, menyediakan tempat tinggal yang bersih dan nyaman, serta memastikan kesehatannya dengan membawanya ke dokter hewan secara rutin.
Dan sangat disarankan untuk menghormatinya dan pemiliknya wajib memberi makan padanya jika ia tidak dapat hidup hanya dengan memakai tanah liat sebagai sumber makanan.
Artinya:
Disarankan untuk merawat kucing dengan baik, serta menjadi tanggung jawab pemiliknya untuk menyediakan makanan baginya jika hewan tersebut tak dapat mencari makan sendirian.
2. Sediakan Panganan dan Minuman yang Sesuai
Walaupun binatang, termasuk kucing, tidak memiliki kecerdasan atau pemikiran serupa manusia, mengurus mereka dengan penuh cinta adalah tindakan mulia yang akan membawa banyak ganjaran. Menurut hukum tentang menjaga kucing, Nabi Muhammad SAW telah menyinggung bahwa siapa pun yang menyediakan makanan dan minuman pantas untuk hewan tersebut akan diberi imbal balik berlipat ganda oleh Allah SWT.
Sebaliknya, menyiksanya atau meninggalkan hewannya sampai lapar sehingga mati merupakan tindakan kezaliman yang akan membawa siksaan di akhirat. Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bercerita tentang seorang wanita yang mengalaminya siksaan dalam kuburnya dan terjerak ke neraka lantaran dia menelantari satu ekor kucing tanpa memberikan makanan maupun air untuk diminumnya hingga binatang tersebut meninggal dunia.
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ، سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا، إِذْ هِيَ حَبَسَتْهَا، وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ. رواه مسلم.
Artinya: “Rasulullah SAW. pernah berbicara, ‘Terdapat seorang wanita yang mendapatkan hukuman di akhirat karena seekor kucing. Dia mengekang kucing tersebut hingga binasa, kemudian dirinya terjerak ke dalam neraka disebabkan oleh hal itu. Wanita ini tidak menyediakan makanan maupun air bagi kucingnya. Malahan, dia mengekang si kucing tanpa meninggalkan sumber pangan baginya, sehingga kucing tersebut hidup dengan memakan tumbuhan dari bumi.'”
3. Menyediakan Tempat Tinggal yang Layak
Memutuskan untuk
merawat kucing
Berarti harus memberikan lingkungan hunian yang bersih dan pantas untuk mereka. Terdapat berbagai pengajaran yang menggambarkan cara tepat dalam merawat kucing beserta dampak positif bila kita menghargai dan mencintainya dengan sepenuh hati. Sebaliknya, ada konsekuensi negatif apabila meninggalkan mereka tanpa perhatian.
Pastikan bahwa sang kucing mempunyai ruang gerak yang lega untuk aktifitas berkeliaran, istirahat, serta bermain tanpa rasa cemas. Tak boleh dilupakan pula memberi sirkulasi udara yang baik supaya si kucing bisa bernafas dengan bebas. Di samping itu, pastikan juga penyediaan porsi makanan secara kontinyu dan kerap membersihkan habitat mereka guna menjaga kebugaran dan kedamaian hati binatang kesayangan Anda ini. Hal tersebut merupakan komponen penting dalam tugas menjadi tuan rumah bagi hewan piaraan.
Mengapa Kucing Tak Bisa Memasuki Surga?
Mengapa kucing tidak bisa memasuki surgawi? Menurut suatu hadis yang dinyatakan oleh Abu Hurairah RA dan dicatat dalam tafsiran Al-Thabari, ada eksplanasi tentang takdir makhluk hidup pada kehidupan setelahnya yang menjadi alasannya bahwa kucing tidak dapat memasuki surga.
Allah akan mengumpulkan semua makhluk-Nya, setiap hewan dan burung serta manusia. Kemudian Allah berbicara kepada hewan-hewalan dan burung-burungan: “Jadilah kalian tanah.”
Artinya:
Sebenarnya, Allah akan mempertemukan seluruh ciptaan di hari akhir, termasuk binatang buas, burung, serta manusia. Selanjutnya, Allah berbicara kepada para hewan dan burung dengan perintah, ‘Kalian menjadi tanah saja.’
Hadits ini menyebutkan bahwa segala jenis hewan akan dikelompokkan pada hari kiamat dan dinilai atas tindakan-tindakannya saat masih hidup. Sesudah tahap penilaian itu, binatang-binatang tidak akan memasuki surga ataupun neraka, tetapi justru akan berubah menjadi debu.
Berdasarkan pendapat para ahli fiqih, sebagaimana disampaikan oleh Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, penyebab kucing tidak masuk surga adalah karena mereka merupakan makhluk hidup tanpa nalar atau pemahaman yang bisa dituntut serupa dengan manusia. Di dalam agama Islam, setiap individu manusia akan diberi tanggung jawab untuk menjawab segala tindakan dan kebaikan mereka, sedangkan hewan tidak melewati proses penilaian semacam itu.
Berdasarkan ajaran Islam, surganya merupakan destinasi untuk manusia dan jin yang sudah melalui ujian dengan amalan baik mereka di bumi ini. Kucing sebagai salah satu jenis binatang sama sekali tak mempunyai tanggung jawab agama semacam sholat, puasa, ataupun ibadah pada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, kucing tersebut tidak akan diperiksa maupun dibagikan ganjaran atau siksa layaknya kaum human.
Surga diperuntukkan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Hewan tidak memiliki kesadaran untuk berbuat baik atau buruk berdasarkan kehendak bebas. Oleh karena itu, mereka tidak masuk dalam kategori makhluk yang menerima balasan di akhirat.
Namun, terdapat riwayat lain yang menyebutkan bahwa pemilik hewan peliharaan yang merawat hewan dengan baik dapat bertemu kembali dengan peliharaannya di surga.
Ceritakanlah tentang seorang Arab Bedouin yang pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW apakah dia akan berjumpa dengannya di surga. Kisah ini menggambarkan bahwa kebaikan hati terhadap binatang ternak mempunyai arti khusus dalam agama Islam.
Ya Rasulallah, saya sangat menyukai unta. Apakah ada unta di surga? Jawabnya, wahai kaum badui, jika Allah mengizinkan engkau masuk ke dalam surga-Nya dengan kehendakNya, maka di sana terdapat segala yang kamu inginkan dan memuaskan matamu.
Artinya:
Hai Rasulallah, saya amat mengasihi unta. Adakah hewan itu juga ada di syurga kelak?” Baginda Nabi merespon, “Apabila Allah menempatkan engkau di syurga-Nya, pasti tersedia segala sesuatu yang menjadi kehendak hatimu serta membahagiakan penglihatan mata.
Hal ini selaras dengan dua firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ ٱلْأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلْأَعْيُنُۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya:
“Dan di dalam surganya ada segala sesuatu yang memuaskan jiwa dan menyenangkan mata, serta kalian akan tinggal di sana selamanya.” (QS. Az-Zukhruf: 71).
Mereka di sana memiliki buah-buahan dan apa pun yang mereka inginkan.
Artinya:
“Berikanlah kepada mereka yang berada di surga buah-buahan serta penuhilah segala permintaan mereka.” (QS: Yasin: 57).
Oleh karena itu, pertanyaan tentang kebenaran klaim bahwa kucing tidak akan masuk surga sudah terpecahkan. Binatang, termasuk kucing, kurang memiliki kesadaran dan pemikiran serupa manusia, jadi mereka tidak dinilai layak seperti halnya manusia.
Akan tetapi, para pemilik hewan peliharaan masih memiliki kemungkinan untuk dipersatukan kembali dengan binatang kesayangan mereka di akherat dan memasuki surga bersama-sama, sebagaimana yang ditentukan oleh kehendak Allah SWT.
Apakah semua hewan tidak diperbolehkan masuk surga?
Adakah semua binatang memasuki surgawi? Sebelum menjawab tentang hal tersebut, penting untuk mengetahui bahwa terdapat perbedaan dalam arti antara pertanyaan ‘adakah binatang yang masuk ke surga?’ dengan ‘adakah ada binatang di surga?’, yang menjadi dasar untuk membahas benarkah kucing tidak masuk surga.
1. Bisakah Binatang Memasuki surga?
Terkait dengan pertanyaan awal tentang keberadaan hewan di surga, Allah telah menyatakan dalam Al-Quran:
وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ
Artinya:
”Apabila binatang-binatang dikumpulkan.”
Di samping itu, Allah pun berkata:
Dan tidak ada suatu pun yang bergerak di bumi dan juga burung yang terbang dengan sayapnya kecuali umat-umat seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang tertinggal dalam kitab tanpa dicatatkan kemudian mereka akan dikumpulkan kepada Tuhan mereka pada akhirnya.
Artinya:
“Tiada satupun hewan di bumi dan burung yang terbang menggunakan sepasang sayapnya kecuali kalian juga termasuk di antaranya. Tidak ada sesuatu pun yang tidak ditulis dalam Al-Kitab, nanti semuanya akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al-An’am: 38).
Berdasarkan ayat suci Allah SWT tadi, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa makhluk-makhluk lainnya juga akan menerima hakim sesuai dengan tingkah laku mereka saat hidup di bumi. Akan tetapi, selepas penghakiman, binatang-binatang itu nantinya akan dituntut berubah jadi debu, serta tak melewati tahap pembinaan sebagaimana yang dirasakan oleh manusia. Inilah bukti yang dipresentasikan.
kucing
tidak masuk surga.
Hal ini sesuai dengan riwayat yang dicatat oleh Ibn Jarir dalam tafsir-nya (24/180), dan ditegaskan kebenarannya oleh Al Albani, di mana Abu Hurairah RA mengisahkan bahwasanya Nabi Muhammad SAW pernah berucap:
Allah menetapkan hukum di antara ciptaan-Nya jin, manusia dan binatang, serta pada hari itu pula Allah mengikat kerbau dari sapi sampai tidak ada lagi tuntutan satu sama lain. Lalu Allah berfirman: “Jadilah kalian seperti tanah.” Pada saat itulah orang kafir akan berkata: “(Ah,) kalau saja aku menjadi debu.”
Artinya: ”
Tuhan akan menerapkan hukum talio di antara semua ciptaan-Nya, baik jin, manusia maupun binatang. Di hari tersebut, niscaya hukum talion ini diberlakukan pada seekor kambing tanpa tanduk sebagai balasan atas kambing bernalihi. Setiap kezaliman pun akan dibayar lunas sampai tak ada satupun sisa. Lalu Tuhan berbicara kepada para binatang: “Kembalilah kamu menjadi tanah.” Saat itulah, mereka yang kufur berkata, “Sekiranya saya juga telah menjadi tanah.” (Diriwayatkan oleh Ibn Jarir dalam Tafsirnya, 24/180; Dishahihkan Al Albani)
2. Adakah Binatang yang Memasuki Surga?
Soal kedua berhubungan dengan keberadaan binatang di surga. Jawaban untuk hal tersebut adalah ya, terdapat binatang di surga. Ini konsisten dengan hadits yang menyebutkan bahwasanya penghuni surga akan mendapatkan pasokan makanan dari Allah, salah satunya yaitu daging hewan.
Ini dikonfirmasi melalui ayat suci Allah SWT yang berbunyi:
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ
Artinya:
“Dan daging burung sesuai dengan keinginan mereka.” (al-Waqi’ah: 21).
Di samping itu, ada juga kisah dari Kaisan yang bertemu dengan Abu Hurairah dan mengobrol seperti ini:
Abu Hurairah menanyakan pada Kaisan, “Kamu mau kemana?”
Lalu, dijawab oleh Kaisan, “Mau ke kambing-kambingku.”
Abu Hurairah lalu berpesan,
نَعَمْ، امْسَحْ رُعَامَهَا، وَأَطِبْ مُرَاحَهَا، وَصَلِّ فِي جَانِبِ؛ مُرَاحِهَا، فَإِنَّهَا مِنْ دَوَابِّ الْجَنَّةِ
Artinya:
“Baik, bersihkan mulut dan hidungnya, perbaiki kandangnya, serta sholatlah di samping kandang tersebut, karena kambing merupakan hewan surgawi.” (HR. Ahmad 9625 dan dishahihkan oleh Syuaib Al-Arnauth)
Sekarang, sudah jelas alasan
kenapa kucing
tidak masuk surga.
Islam sangat menekankan kepada pengikutnya agar mengasihi hewan serta makhluk-makhluk lain yang diciptakan Tuhan. Mengasihani dan merawat hewan dengan benar, seperti memberikan makanan, perawatan, dan menjaga kesejahteraannya, adalah perilaku yang mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW, setiap tindakan positif terhadap semua bentuk kehidupan, entah itu manusia atau binatang, bisa membawa ganjaran yang sangat besar. Menurut satu hadits, Rasulullah SAW pernah menyatakan: “Di dalam tiap-tiap badan yang memiliki nyawa, tersimpan imbalan atas segala kebaikan yang dilakukan.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar