Untuk Memulihkan Dari Gempa, Junta Militer Myanmar Umumkan Jeda Perang
- calendar_month Jum, 4 Apr 2025
- visibility 22
- comment 0 komentar

Militer Myanmar menyatakan traktat damai singkatnya pada hari Rabu (2/4). Deklarasi ini hadir saat negara berusaha untuk memulihkan diri pasca bencana gempa bumi, dengan jumlah korban jiwa yang kian bertambah.
Pihak militer menyatakan bahwa mereka akan menuruti gencatan senjata dari sekarang sampai tanggal 22 April agar bisa membantu usaha penanganan bencana gempa dengan lebih mudah. Gerakan bersenjata yang bertarung lawan pemerintah militer pun ikut memberikan komitmen yang sama.
Lembaga Hak Asasi Manusia serta pihak berwenang luar negeri mengutuk rezim militer karena tetap melakukan pengeboman dari udara walaupun keadaan di Myanmar belum stabil setelah terjadi gempa hebat dengan magnitude 7,7 yang merenggut nyawa hampir 3 ribu jiwa.
“Penahanan senjata bertujuan untuk meningkatkan usaha bantuan dan pemulihan, serta menjaga kedamaian dan kestabilan,” demikian disampaikan oleh junta militer melalui pernyataan mereka, sebagaimana dilaporkan
Reuters
.
Walaupun begitu, junta militer juga mengingatkan musuh mereka — yaitu kelompok bersenjata pendukung demokrasi dan etnik minoritas — bahwa pihaknya akan terus menanggapi serangan, tindakan sabotase, pengumpulan, penyatuan kekuatan, serta penjangkauan wilayah yang dapat mencemarkan kedamaian.
Selanjutnya, junta militer menyatakan bahwa pemimpin militer Min Aung Hlaing akan berangkat menuju Bangkok pada hari Kamis (3/4). Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk ikut serta dalam konferensi kepala negara Asia Selatan yang diselenggarakan bersama dengan Myanmar dan Thailand. Di sana, dia akan menyinggung tentang respons mereka terkait gempa bumi.
Perjalanannya di luar negeri ini sangat jarang terjadi bagi Min Aung Hlaing, sekaligus menjadi bentuk kudetanya secara diplomatis karena dia memilih untuk tidak mengajak para petinggi militer ikut serta dalam berbagai even penting pasca kudeta tersebut.
Kondisi Myanmar Saat Ini
Hingga Rabu lalu, jumlah korban meninggal telah mencapai 2.886 jiwa, lebih dari 4.600 orang lainnya mengalami cedera, dan 373 individu dinyatakan hilang.
Akan tetapi, komunikasi yang tersendat dan fasilitas yang hancur menyebabkan usaha penghimpunan data serta penyaluran pertolongan menjadi tertundanya. Besarnya musibah juga masih sulit diukur dan dikhawatirkan angka jiwa rampung bakal bertambah terusnya.
Pasukan dukungan menyebutkan bahwa penanganan dampak gempa secara umum tertahan akibat perang yang masih berkecamuk di antara pasukan militer otoritarian dan sekelompok pemberontak senjata.
PBB melaporkan bahwa sebelum gempa berkekuatan 7,7 skala Richter menghantam Myanmar, sudah ada 3,5 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumahnya karena konflik senjata. Sebagian besar di antara mereka berada dalam risiko kekurangan makanan.
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar