Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » commerce » China Bersiap Bertarung Hingga Akhir Terkait Tarif Trump

China Bersiap Bertarung Hingga Akhir Terkait Tarif Trump

  • calendar_month Jum, 11 Apr 2025
  • visibility 6
  • comment 0 komentar


Jakarta, IDN Times

– Pihak berwenang di China mengumumkan bahwa mereka siap untuk bertempur sampai titik tertentu apabila Amerika Serikat (AS) tetap menerapkan bea tambahan senilai 50 persen pada barang-barang impor dari China. Tindakan tersebut adalah tanggapan atas keputusan pemerintah Beijing dan semakin memperkuat ketegangan dalam hubungan dagang kedua negara yang sudah sangat panas.

Pernyataan itu muncul menjelang Selasa (8/4/2025), yang ditetapkan Presiden Donald Trump agar China mencabut tarif balasan sebesar 34 persen. Jika tidak, AS akan mengimplementasikan tarif baru mulai Rabu (9/4) waktu setempat.

1. Beijing kecam Washington, sebut strategi tarif sebagai pemerasan ekonomi

Kementerian Perdagangan China dengan tegas mengkritik kebijakan Amerika Serikat, menyatakan bahwa hal itu merupakan tindakan unilateral yang dapat merusak kestabilan perdagangan dunia.

“Bila Amerika Serikat tetap pada pendirian mereka sendiri, Tiongkok akan berperang sampai titik ultimatum,” begitu pernyataan resmi departemen itu mencatat, seperti dilansir
NBC News
, Rabu (8/4).

Tiongkok menyatakan bahwa keputusan Trump merupakan serangkaian kesalahan demi kesalahan, serta mengklaim semua tindak balas yang dilakukan sebelumnya adalah sah dan tepat sasaran. Pejabat perdagangan Tiongkok juga menekankan pentingnya melakukan diskusi produktif dengan prinsip keterpautan, bukannya memberikan tekanan atau ancaman.

Dalam konferensi pers di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian menyampaikan pendekatan AS tidak merefleksikan semangat kerja sama.

“Saya percaya tindakan pihak AS tidak mencerminkan niat untuk berdialog secara serius,” kata Lin.

Dia menyebutkan bahwa AS harus menerapkan pendekatan yang sama-sama menghargai dan seimbang jika mereka sungguh-sungguh ingin melakukan negosiasi.

2. Ultimatum Tarif dari Trump Tekan China, Ancaman Berhentinya Dialog Muncul

Lewat platform Truth Social, Trump melontarkan ultimatum keras. Ia menegaskan apabila Beijing tidak membatalkan tarif balasan, maka tarif tambahan sebesar 50 persen akan diberlakukan segera terhadap produk asal China.

“Bila China tak mengurangi kenaikan 34% yang terjadi akibat pelanggaran perdagangan jangka panjang mereka sebelum tanggal 8 April 2025, Amerika Serikat bakal menerapkan bea tambahan sebanyak 50%, efektif mulai 9 April,” demikian tertulis dalam pernyataan Trump.

Trump juga menyatakan, seluruh pertemuan dengan delegasi China akan dihentikan, sementara negosiasi dagang dengan negara lain akan segera dimulai. Sikap tersebut menandai pembekuan total dalam jalur komunikasi bilateral terkait perdagangan.

Media resmi Tiongkok juga memberikan respons yang tegas. Pada editorian di Xinhua, Trump dituding telah melakukan paksaan jelas-jelas yang bertentangan dengan prinsip-prinsip diplomatik antar negara.

“Betul-betul tak beralasan menjadi prinsip fundamental dari Amerika Serikat: ‘Saya dapat menghantam Anda sepuasnya, dan Anda dilarang untuk membela diri. Justru, Anda harus menyerah tanpa ada kondisi tertentu,’ ” demikian bunyi kutipan dalam editorial itu, seperti dilansir.
The Guardian.

3. Kebijakan stabilitas pasar modal China meningkatkan performanya

Meski pasar global sempat mengalami volatilitas tinggi, indeks saham Asia menunjukkan pemulihan pada perdagangan Selasa pagi. Investor merespons positif intervensi likuiditas dan sinyal stabilisasi dari otoritas China.

Indeks Saham Nikkei di Jepang meningkat 6%, pulih dari titik terendah selama 18 bulan. Di samping itu, CSI 300 bertambah 1,71% dan Hang Seng Hong Kong juga menanjak 1,85%, setelah adanya penjualan yang cukup keras pada hari sebelumnya.

Menurut laporan
NBC News
, pemerintah China melaksanakan pembelian strategis terhadap saham-saham unggulan untuk meningkatkan keyakinan para pemegang saham dan mengurangi dampak dari persepsi yang tidak menyenangkan.

Ekonom independen asal Shanghai, Andy Xie menilai kompromi bukan lagi opsi realistis bagi Beijing.

“Jika Trump ingin menyeretmu ke neraka, maka kamu harus membawanya ikut,” kata Xie.

Ia berpendapat China menyadari konsesi hanya akan mendorong tuntutan lebih lanjut dari AS. Xie juga menambahkan bahwa tarif baru tidak berdampak signifikan karena beban tarif terhadap barang China sudah melebihi 70 persen sejak masa jabatan pertama Trump.

4. China terus diversifikasi ekspor, ketergantungan pada AS turun

Dalam periode medium-term, China dengan sengaja mengurangi paparan perekononya terhadap pasarnya Amerika Serikat. Menurut laporan People’s Daily, sumbangan ekspornya ke AS tahun 2024 turun menjadi sebesar 14,7%, yang merupakan penurunan signifikan jika kita bandingkan dengan angka 19,2% saat perang dagang baru saja bermula di tahun 2018.

“China dan Amerika Serikat akan berpisah. Ini hanya soal waktu. Kamu harus menggigit peluru,” kata Xie.

Penguatan hubungan dagang dengan negara-negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah disebut sebagai langkah strategis dalam menyikapi risiko decoupling ekonomi dengan AS.

  • Penulis: andinesia

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less