Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » africa » Homo Sapiens Terkuno di Luar Afrika Ditemukan di Yunani, Mengapa Ini Penting?

Homo Sapiens Terkuno di Luar Afrika Ditemukan di Yunani, Mengapa Ini Penting?

  • calendar_month Sen, 14 Apr 2025
  • visibility 5
  • comment 0 komentar



– Penemuan yang mencengangkan terjadi di sebuah gua di Yunani, tempat ditemukannya bukti tentang eksistensi Homo Sapiens di luar wilayah Afrika. Tahun 1978, para arkeolog saat melakukan penggalian di Gua Apidima pada Semenanjung Mani, Yunani, berhasil menemukan dua fosil utama yakni satu bagian tengkorak serta rahang bawah.

Awalnya, fosil-fosil tersebut diasumsikan berasal dari spesies Homo neanderthalensis yang pernah mendominasi Eropa selama zaman Paleolitikum Tengah. Tetapi, setelah diteliti kembali pada tahun 2019, peneliti-peneliti berhasil mengungkap beberapa kebenaran mencengangkan.

Ternyata fosil-fosil itu ternyata berusia jauh lebih tua daripada dugaan semula, dan di antara mereka ada fosil Homo Sapiens, yakni spesies manusia modern pertama yang memiliki keserupaan anatomi dengan kita.

Kerangka Manusia Modern Ini Berusia Lebih Dari 150.000 Tahun dan Lebih Tua Daripada Temuan Sejenis Di Benua Eropa

Beberapa ahli mengestimasi bahwa kerangka fosil itu memiliki umur kira-kira 210.000 tahun dan hal ini menjadikan fosil tersebut jadi 150.000 tahun lebih tua dibandingkan dengan fosil Homo Sapiens tertua yang pernah ditemukan di Benua Eropahingga saat ini. Lebih mengejutkannya lagi, fosil ini juga merupakan bukti ketiga terlama tentang keberadaan manusia modern.

Di samping tengkorak Homo Sapiens, ada pula satu buah tengkorak lain yang ditemukan di tempat yang sama. Tengkorak ini diyakin memiliki umur kira-kira 170.000 tahun dan pasti berasal dari Neanderthal. Spesies manusia ini sempat menjamur di wilayah Eropa hingga sekitar 40.000 tahun silam, namun kemudian digantikan oleh Homo Sapiens.

Prosedur Menetapkan Umur Fosil yang Butuh Waktu

Pendefinisian umur fosil ini semula menghadapi tantangan lantaran tengkorak itu ditemukan tersangkut pada dinding gua yang berada di ketinggian, ditambah adanya potensi gangguan dari arus endapan lumpur. Akan tetapi, para ilmuwan seperti Katerina Harvati, spesialis dalam bidang paleoantropologi dari Universitas Eberhard Karls Tübingen, beserta jajarannya akhirnya dapat memeriksa fosil-fosil tersebut secara efektif. Mereka menggunakan pemodelan komputer dan teknik pengukuran waktu radioaktif, yakni pemerusan zat urania, untuk mendapatkan perkiraan tentang umur fosil tersebut.

Apakah Manusia Modern Dimulai Berkembang Biak di Eropa Sejak 210.000 Tahun Yang Lampau?

Temuan ini memberikan wawasan terbaru tentang perpindahan awal Homo Sapiens dari benua Afrika sampai ke Eropa. Menurut penjelasan Dr. Harvarti, hasil penggalian ini menunjukkan bahwa ekspansi Homo Sapiens di Benua Eropa berlangsung jauh sebelum waktu yang tadinya diprediksi oleh para ilmuwan.

Menurut Dr. Harvati, spesies pra-zaman batu awal yang keluar dari Afrika mungkin dapat bertahan lebih lama di Eropa berkat teknologi peralatan yang lebih maju. Di samping itu, lokasi Yunani yang ada di ujung timur laut Benua Eropah menyediakan kesempatan ideal untuk memeriksa dugaan tersebut sebab daerah tersebut bisa jadi adalah rute utama masuknya populasi prasejarah ke dalam daratan Eropah dan juga kawasan penampungan penting bagi mereka.


Kelanjutan Riset untuk Mengekspos Riwayat Kemanusiaan

Temuan fosil-fosil di Gua Apidima ini amat berarti untuk memperdalam pengertian kita terkait dengan proses evolusi manusia. Ini mencerminkan bahwa sejarah perpindahan manusia ke luar benua Afrika jauh lebih rumit dibandingkan asumsi semula. Tambahan pula, temuan tersebut pun mendorong timbulnya serangkaian pertanyaan baru tentang hubungan antar Homo Sapiens dan Neanderthal yang masih menjadi teka-teki hingga saat ini.

Agar mendapatkan informasi lebih detail, suatu studi riset berdurasi lima tahun sudah diluncurkan oleh Institusi Norwegia di Athena dengan kepemimpinan Profesor Harvarti bersama Dr. Tourloukis dari Universitas Tubingen. Riset ini ditujukan untuk menganalisis secara rinci tentang kapan terjadinya peristiwa-peristiwa penting, bagaimana proses terbentuknya lokasi situs, serta mencari petunjuk-petunjuk lain termasuk ilmu kedokteran forensik purba dan artefak zaman batu prasejarah dari gua tersebut.

Pada tahun 2022, upaya pokok difokuskan pada penyediaan akses yang aman ke situs serta seluruh guanya. Tujuan tambahan meliputi pembangunan jaringan galiannya dalam tiga dimensi dan lakukan evaluasi geologis tentang deposito tanah di dalam gua beserta membersihkannya secara selektif.

Temuan fosil Apidima merupakan kemajuan signifikan dalam memahami proses evolusi umat manusia. Ini membuktikan bahwa skenario perpindahan manusia dari benua Afrika jauh lebih kompleks daripada apa yang sebelumnya diperkirakan, serta timbul berbagai pertanyaan baru tentang hubungan antara Homo Sapiens dan Neanderthal.

Source: greekreporter.com

]]>

  • Penulis: andinesia

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less