Perang Dagang Memanas: Barang dari Cina Naik 104% Tarifnya Mulai Hari Ini
- calendar_month Jum, 11 Apr 2025
- visibility 6
- comment 0 komentar

Presiden AS Donald Trump secara resmi akan menerapkan bea masuk ekstra sebesar 104% pada seluruh produk impor dari China mulai hari Rabu (9/4). Bea tambahan ini ditambahkan ke atas bea yang sudah ada sejak pemerintahan Trump pertama kali menjabat.
Kejelasan tentang implementasi tariff tersebut diumumkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt. “Beberapa negara, termasuk Tiongkok yang memilih untuk merespons dengan cara menaikkan kembali tindakan tidak menyenangkan mereka terhadap tenaga kerja AS, telah membuat keputusan keliru,” ungkap Leavitt sebagaimana dilansir CNN pada hari Rabu, 9 April.
Menurutnya, China berkeinginan mencapai suatu perjanjian dengan Amerika Serikat, namun tidak memahami cara melaksanakannya. Meskipun demikian, dia enggan mengungkapkan syarat-syarat apa saja yang dipandang Trump sebagai dasar pengurangan tariff atas produk-produk dari China.
Pekan lalu Trump menginformasikan penambahan bea masuk terhadap produk-produk dari China hingga 34%. Sebagai tanggapan atas kebijakan tariff tersebut, Tiongkok merespons dengan menerapkan tambahan tariff sebanyak 34%, yang mulai efektif pada hari Rabu (9/4).
Trump selanjutnya mengancam untuk meningkatkan tariff hingga 50% apabila Beijing tidak mencabut rencana tariff balasannya paling telat pada hari Selasa tengah hari (8/4) berdasarkan waktu lokal.
Namun, Cina tidak menyerah. Departemen Perdagangan China pernah mengumumkan bahwa mereka “secara tegas menolak” kenaikan tariff hingga 50% atas barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat. Pemerintah China menjuluki kebijakan Trump sebagai serangkaian “keliru demi keliru”, serta bersumpah akan membalas dengan cara meningkatkan bea masuk produk-produk AS.
China menjadi penyuplai utama kedua kepada Amerika Serikat tahun lalu dengan nilai perdagangan sebesar US$439 miliar menuju AS. Sementara itu, Amerika Serikat menjual produk bernilai US$144 miliar ke Cina. Konflik tarif antar keduanya berpotensi merusak industri lokal dan bisa menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Awalnya, Trump menetapkan bea tambahan sebesar 10% untuk seluruh produk dari China di bulan Februari, tanpa adanya pengecualian apapun. Hal ini dikaitkannya dengan tuduhan bahwa negara itu berperan serta dalam mendukung migrasi illegal dan penyelundupan obat opioid fentanyl ke Amerika Serikat. Pada bulan lalu, dia meliputi dua kali lipat besaran bea tersebut dan minggu lalu ia juga mengancam akan memberlakukan bea baru yang mencapai 34%.
Berdasarkan analisis dari Peterson Institute for International Economics, Amerika Serikat menerapkan tarif rata-rata sekitar 19,3% pada produk-produk China saat akhir periode kepresidenan Donald Trump yang pertama. Pada era pemerintahan Joe Biden, mereka tetap menjaga mayoritas tarif yang diberlakukan oleh pendahulunya dan bahkan menambah beberapa bea lainnya, hingga tingkat tarif rata-rata naik menjadi 20,8%.
Dengan adanya biaya tambahan yang baru diberlakukan, tarif promonya untuk ekspor dari Cina ke Amerika Serikat akan naik hingga mendekati 125% mulai hari Rabu tanggal 9 April.
Saham di Amerika Serikat, yang mengalami kenaikan drastis pada hari Selasa pagi, justru menunjukkan pergerakan bearish menyusul komentar Leavitt. Indeks utama Wall Street semakin merosot hingga akhir sesi perdagangan.
Penerapan tariff oleh China sebelumnya membuat lebih banyak perusahaan dari Amerika Serikat berpindah ke negara-negara lain seperti Meksiko dan Vietnam guna memproduksikan produk mereka, namun Cina masih menjadi penyuplai utama untuk beberapa jenis barang.
Beberapa contoh produk tersebut meliputi mainan, perangkat komunikasi seperti ponsel cerdas, komputer serta beragam jenis barang elektronik konsumer. Seluruh benda ini diperkirakan bakal memberatkan biaya bagi para pembeli di Amerika Serikat dengan angka harga yang signifikan lebih tinggi.
Beberapa puluh negara berencana untuk segera menegakkan biaya tambahan. Bahkan Uni Eropa memiliki batas waktu sampai larut malam terkait dengan tarif baru ini. Tarif-baru-yang-di tetapkan-Trump-minggu-lalu itu mencakup rentang dari 11% hingga 50%.
Leavitt menyampaikan kepada jurnalis bahwa walaupun terdapat sejumlah pembicaraan dengan para tokoh global berusaha mencapai kesepakatan tentang tarif yang lebih rendah, Trump tetap tak berniat memundahkan agenda tersebut.
Setelah bertemu dengan Trump terlebih dahulu, Leavitt menyebutkan bahwa Trump menduga tarif tersebut akan diberlakukan.
Di sisi lain, dia menyebutkan bahwa Trump memerintahkan tim perdagangan mereka untuk menciptakan suatu persetujuan yang “disesuaikan” bagi negara-negara yang berkeinginan melakukan pembicaraan. Saat diminta menjelaskan lebih dalam tentang apakah ada tenggat waktu atau agenda tertentu dari presiden terkait kesepakatan perdagangan ini, Leavitt sekali lagi mementulkan kalau kesepakatan itu bukanlah semacam “perjanjian instan.”
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar