Rosan: Pemerintah Cabut Kontrak LG di Proyek Baterai EV Akibat Kegagalan Negosiasi
- calendar_month Kam, 24 Apr 2025
- visibility 11
- comment 0 komentar

Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani mengungkapkan bahwa LG Energy Solution (LGES) telah keluar sebagai bagian dari konsorsium yang bertanggung jawab dalam proyek pengembangan baterai mobil listrik (EV) dengan nilai investasi mencapai US$ 9,8 miliar atau setara dengan sekitar Rp 165,3 triliun.
Dia menyebutkan bahwa LGES dihapuskan dari Proyek Titan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tanggal 31 Januari 2025. Informasi ini juga memperbaiki berita tentang LGES yang disangka telah terlebih dahulu mundur dari projek baterai mobil listrik itu.
“Perihal tersebut mengacu pada surat dari Kementerian ESDM yang ditandatangani pada 31 Januari 2025, sebab proses negosiasinya benar-benar telah berlangsung cukup panjang,” jelas Rosan saat memberikan klarifikasi kepada media di Istana Merdeka Jakarta pada hari Rabu (23/4).
Menurut Rosan, tahap awal pengembangan Proyek Titan telah dimulai sejak tahun 2020. Pada akhir tahun tersebut, LGES dan pihak berwenang Indonesia merampungkan perjanjian untuk paket besar proyek yang dikenal sebagai Indonesia Grand Package. Paket investasi ini meliputi komponen-komponen dari hulu sampai hilir industri suplai baterai mobil listrik.
Dia menyebut bahwa perundingan telah bertahan selama lima tahun tanpa ada keputusan atau kemajuan yang memadai. “Di sisi lain, pihak pemerintah menginginkan semuanya beres dengan lancar dan segera,” ungkap Rosan.
Pemerintah memilih perusahaan pembuat baterai dan pemrosesan logam asal China, Huayou, sebagai ganti LG Energy Solution (LGES) dalam konsortium yang sedang mengembangkan baterai listrik dengan nilai proyek mencapai US$ 9,8 miliar atau setara dengan sekitar Rp 165,3 triliun.
Rosan menyebut Huayou akan memimpin konsorsium baterai listrik yang dikenal sebagai Proyek Titan. Menurut Rosan, Huayou memiliki kemampuan teknis sebanding dengan LGES dan telah berpengalaman dalam penanganan proyek semacam itu di Kawasana Industri Weda Bay, Maluku Utara.
Pemimpin dari Badan Pengelola Investasi Danantara menyebutkan bahwa Huayou sudah menunjukkan ketertarikan untuk terlibat dalam Proyek Titan sejak tahun 2024.
Proyek Titan saat ini hanya terdiri dari PT Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai perusahaan induk (holding) untuk New Energy Materials bersama dengan PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina, dan PT PLN.
“Saya pun telah berjumpa dengan Huayou. Mereka menghargai hal tersebut dan sudah memiliki kemampuan untuk mendukung perkembangan proyek ini di masa datang,” ujar Rosan
Namun demikian, menurut Rosan, LGES sudah mengakhiri konsorsium Proyek Omega bersama grup Hyundai melalui PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Sebelumnya, pabrik ini telah dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia keenam dan ketujuh, yakni Joko Widodo (Jokowi), pada bulan April tahun 2024.
Kapasitas produksi awal fasilitas pembuatan baterai tersebut mencapai 10 gigawatt jam (GWh), dengan harapan bisa memproduksi lebih dari 150.000 buah baterai untuk mobil listrik.
“LG tidak menarik diri dari setiap aspek, mereka telah melaksanakan dan mengakhiri proyek bernilai US$ 1,1 miliar tersebut,” ungkap Rosan.
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar