Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » economics » Rupiah Mulai Pelemahan di Awal Sesi, Tertinggi Hingga Rp16.831 per Dolar AS

Rupiah Mulai Pelemahan di Awal Sesi, Tertinggi Hingga Rp16.831 per Dolar AS

  • calendar_month Kam, 17 Apr 2025
  • visibility 34
  • comment 0 komentar



, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berbanding terbalik dengan dolar AS mulai pembukaan di angka Rp16.831 dalam sesi perdagangan pagi ini, Rabu (16/4/2025). Mata uang nasional tersebut mengalami penurunan nilai serupa dengan beberapa mata uang Asia yang lain.

Mengutip data
Bloomberg
pukul 09.02 WIB,
rupiah
Dibuka dengan pelemahan sebesar 0,03% menjadi Rp16.831 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,35% hingga mencapai level 99,86.

Pada saat yang sama, mata uang Yen dari Jepang dimulai dengan kenaikan sebesar 0,35%, Dolar Hong Kong meningkat 0,01%, Dolar Singapura bertambah 0,23%, Dolar Taiwan jatuh tipis 0,01% sedangkan Won dari Korea Selatan bergerak positif sebanyak 0,07%.

Selanjutnya, yuan dari China melemah sebesar 0,09%, sementara peso di Filipina meningkat 0,39%. Rupee yang berasal dari India juga naik sekitar 0,32%, namun ringgit Malaysia turun tipis sebanyak 0,09%. Di sisi lain, baht milik Thailand justru menguat dengan persentase 0,61% ketimbang dolar Amerika Serikat.

Melansir
Reuters
,
dolar AS
Menjaga kenaikan kecil pada hari Rabu, di tengah istirahatnya para investor dari penjualan agresif selama beberapa minggu terakhir. Di samping itu, pasar juga semakin pulih dan siap untuk melihat kemajuan lebih lanjut dalam negosiasi perdagangan Amerika Serikat.

Data kuartal I/2025 dari
China
, pertunjukan Powell, serta pengumuman data ekonomi tambahan yang datang pada hari Rabu akan menjadi fokus para pedagang. Meskipun demikian, tren dalam fluktuasi mata uang, khususnya dolar AS, tetap akan diarahkan secara signifikan oleh kondisi pasar obligasi dan tingkat valuta yuan.

Pasarnya surat utang Amerika Serikat yang sempat jadi fokus kerusuhan minggu lalu, sekarang mulai memperlihatkan sinyal stabilitas dan saat ini sedang diamati untuk menguji apakah ada hubungan yang cukup dekat antara tingkat pengembalian (
yield
) dan nilai dolar dapat pulih kembali setelah sebelumnya pernah putus.

“Menurut pandangan kami, peningkatan nilai yield obligasi AS dapat mengindikasikan kekuatan dolar AS yang meningkat, dan ini merupakan sinyal utama untuk normalisasi pasar,” jelas Steve Englander, Kepala Riset FX G10 di Standard Chartered.

Englander juga mengatakan bahwa peningkatan optimisme tentang perkembangan ekonomi, bersamaan dengan efek meredanya kebijakan tariff yang semakin berkurang, dapat mendorong kembalidukungannya untuk dolar Amerika Serikat.

  • Penulis: andinesia

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less