Trump Kecewa dan Marah pada Putin Tentang Masalah Ukraina
- calendar_month Rab, 2 Apr 2025
- visibility 11
- comment 0 komentar

Presiden AS Donald Trump mengekspos ketidaksenangan serta amarahnya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin tentang konflik di Ukraina pada hari Minggu, 30 Maret 2025.
Ini dijelaskan lewat panggilan telpon bersama wartawan NBC, Kristen Welker, yang selanjutnya disiarkan dalam program televisi tersebut Meet The Press.
Pada pembicaraan itu, Trump menyatakan bahwa apabila Rusia serta dia sendiri tak bisa mencapai persetujuan guna mencegah kekerasan di Ukraina, maka dia bakal menerapkan beban tambahan terhadap semua produk minyak yang diekspor oleh Rusia.
“Bila Rusia dan saya gagal mencapai kesepakatan untuk mencegah kekerasan di Ukraina, serta bila saya merasa hal tersebut disebabkan oleh kesalahan Rusia, maka saya akan menetapkan bea tambahan atas seluruh ekspor minyak dari Rusia,” jelas Trump seperti dikutip AFP.
Trump marah karena Vladimir Putin meragukan kepercayaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataannya yang terakhir. Selain itu, Trump juga tidak setuju dengan saran Putin tentang adanya pemimpin baru di Ukraina sebagai pengganti Zelensky.
Trump menjelaskan bahwa dia sangat marah dan kecewa tentang situasi itu. Namun, dia juga memastikan bahwa hubungannya dengan Putin masih baik, dan emosinya mungkin akan berkurang bila Putin melakukan tindakan yang sesuai.
Pada saat bersamaan, kondisi di Ukraina terus memburuk. Moskow menyetujui tawaran gencatan senjata selama 30 hari dari Amerika Serikat dan pemerintah Ukraine dengan cara menolakkannya.
Pada hari Jumat yang lalu, Putin menyatakan bahwa Zelensky harus dihapus dari posisinya sebagai presiden dalam rangka proses perdamaian tersebut.
Konflik yang sudah berkepanjangan selama lebih dari tiga tahun ini belum juga mendapatkan penyelesaian, walaupun banyak usaha perundingan telah dijalankan.
Sabtu malam sampai Minggu, Rusia melakukan serangan terbaru di Kharkiv, sebuah kota perbatasan di utara timur Ukraina. Serangan ini mengakibatkan setidaknya dua korban tewas dan menyebabkan sejumlah besar pasukan luka-luka yang dirawat di rumah sakit militer.
Rusia juga mengklaim sudah berhasil merebut satu desa di daerah Dnipropetrovsk, lokasi yang hanya terpaut tujuh kilometer dari garis batas, merupakan kemajuan dalam serangan mereka.
Pihak Kremlin sudah melakukan gerakan menuju area itu dalam beberapa bulan terakhir, dengan harapan bisa mencapai kemajuan yang lebih besar.
Walaupun begitu, Ukraina menyatakan bahwa Rusia sedang mencoba menghalangi pembicaraan dengan tidak berniat untuk berhenti melakukan serangan; tudingan ini semakin merusak upaya damai.
- Penulis: andinesia
Saat ini belum ada komentar